Kamis, 10 Januari 2013

Sebelum Penantianku Berakhir 1

#1



Aku  tidak bermaksud menanam ranjau.
Kenapa kau terjatuh sebelum semua telah pasti.
Apakah kau kemudian menyalahkanku karenanya?
Ini begitu menyakitkan ketika aku ragu untuk mempercayaimu tentang urusanku seolah kau menuntut tanggung  jawab padaku atas semua lukamu…
Sungguh tidak adil !!!

Kenapa waktu aku bertanya padamu, kau tak mampu meyakinkanku?
Harusnya kau sadar aku tengah mencoba menerima kehadiranmu.
Sayangnya, kau hanya mengucap ‘Gampang, kalau sudah pasti semua bisa diatur!‘
Oh, ya? Justru hal itu yang membuatku berpikir dulu seribu kali untuk menyatakan kesediaanku.
Ketahuilah
Rasulullah Kekasih sejatiku...
Dan saat ini
Hanya Ayah lelaki di hatiku
-------- FITSY------
 ***

Kejadian tak terduga telah kualami. Meski ada firasat namun pertanda samar itu hanya ALLAH Yang Maha  Mengetahui hakekatnya. Kepergian  Ayah begitu tiba-tiba sempat membuat keluarga kami terguncang. Semoga ALLAH Berkenan memaafkan segala kesalahannya dan Menerima amal kebaikan Ayah. Aamin ya RABB..
 Beberapa waktu keadaan rumah terasa sepi. Kakak-kakakku dan kerabat satu-persatu kembali kedunianya masing-masing. Hanya tinggal aku berdua dengan Ibu. Aku ingin menunjukkan ketegaranku menghadapi masa datang tanpa kehadiran Ayah dan kelihatannya sikap nrimo pun telah menjalar pula pada Ibuku. Ya ALLAH berikan ketabahan pada kami menghadapi cobaan ini.

 Hari-hari berikutnya kami bersama-sama membenahi seisi rumah yang hampir  terbengkalai. Ternyata banyak yang perlu diperbaiki dan diperbaharui kembali, yang bisa dikatakan sebagai kerjaan kaum lelaki. Dalam keadaan demikian beliau mulai mengeluh tidak enaknya menghuni  rumah tanpa seorang laki-laki di dalamnya. Merasa tersindir, aku hanya dapat menelan ludah yang terasa sukar melewati tenggorokan. Tidak tahukah Ibu, sedari mula aku juga merindukan seorang pendamping hidup ?

 Meluncurlah segenap peristiwa lampau dari cerita Ibu. Tersirat kekecewaan Ibu juga Ayah waktu itu terhadap keputusanku yang menolak setiap orang yang menginginkanku. Bahkan, kalau aku mau, tentu setiap dari mereka akan bersegera menyambutku… mereka setia menunggu kesediaanku ??? Ah, aku seperti terbang di udara… Tidak !!! Sebab setelahnya aku bagai terhempas bila aku tersadar di sisi lain.  Tak kupungkiri, hatiku telah memilih namun ALLAH berketentuan lain terhadap pilihanku. Hei! aku ini dipilih bukan memilih!!!

Aku perlu bersyukur karena tahu rasa cinta ini dari ALLAH lalu aku kembalikan ke ALLAH. Seketika beban yang memberati hatiku terangkat dan berusaha meyakinkan diri pilihan-NYA yang terbaik. Semoga ALLAH memberi keridha'an pada hati ini atas segala ketentuan-NYA
***

Penuhilah hatiku

dengan cinta-MU

Ya  ALLAH

Kendala lain yang sanggup bikin galau yaitu  rumitnya menetapkan kriteria  menurutku   dengan kriteria yang disebut ortu maupun perantara.
Ya, kalau ortu juga perantara kayaknya sepakat kriteria calon suami yang baik itu beragama Islam, sholat, dan punya kerjaan tetap (pegawai yang punya gaji, syukur yang dapat pensiun)...
Dari beberapa kriteria yang aku ajukan pada ortu yang paling diingat adalah sholat dan tidak merokok...
Yee...  sholat adalah cerminan kalau kamu tuh muslim yang taat perintah ALLAH. Sedang, tidak merokok sebagai  indikasi upaya kamu yang gigih  meninggalkan larangan ALLAH... Sepertinya ada yang protes terhadap pernyataan ini ? apakah rokok itu dilarang ?
*Oh*  jelas-jelas rokok itu lebih banyak mudharatnya daripada kemanfaatannya.
 Begitu Ibu Ibu ! Bapak Bapak ! Sodara Sodara!
Berarti, sholat tidak bisa dijadikan ukuran ke-sholeh-an seseorang, kan ?_? Sama halnya dengan pilihan tidak merokok, biasanya karena sakit tenggorokan atau paru-paru atau tidak suka dengan bau rokok dan bukan meninggalkannya karena ALLAH...
Masalahnya, menelisik hal yang tidak kasat mata ini begitu pelik. Tidak bisa dengan sistem penerawangan. Mangkanya, kepada ALLAH lah kita pasrahkan pilihan yang terbaik. Dan aku memohon pada ALLAH untuk memberi tanda sinyal positif itu dengan hatiku...  Jika tidak ada sinyal itu, aku pastikan bahwa kamu bukan yang dipilihkan ALLAH untukku. Ingat! hati hanya bisa disentuh dengan hati. Ya ALLAH beri hamba ketajaman mata hati dalam memilih teman sejati.. Tuing2 [= jadi inget nasyiudnya De'Hapin] 


  Jadi, aku tak perlu merasa bersalah karena telah menolakmu. Aku menolakmu karena ALLAH ! Untuk sementara hatiku merasa tentram karenanya.

Kembali, emosiku meledak-ledak jika ada undangan nikah atau kabar tentang hubungan dua sejoli.  Pertanyaan sederhana yang sangat menggelitik telinga..
“Kapan? Giliranmu? ... aaaaaaaahrghrrrr... kalau mulut itu berupa kertas udah kurobek-robek, kuremas-remas lalu aku injak-injak trus kumasukkan ke api biar terbakar, aku tebarkan abunya ke segenap penjuru mata angin hingga hilang tak berbekas (*lebay banget >_<)
Akhirnya, turun perintah yang harus aku pikirkan baik-baik untuk melaksanakannya dengan tata cara yang diridhai ALLAH tentunya. Perintah yang cetar membahana “ Mbok, segera cari sana Pacarmu! Idamanmu !“
Kayak nyari jarum di dasar lautan mah mending aku beli jarum yang baru...  Lah, ini nyari orang ? punya nyawa punya hati ? mana bisa main tarik lalu bawa pulang ? Woiy, kita bukan barang bukan pula binatang. Manusia itu punya aturan, Nyaaakk !!! 
Penantianku selama ini bukan untuk membanting harga diriku! 
Tidak seperti ungkapan yang tidak berakal yang mengatakan bahwa perempuan umur limabelas milih sesukanya, umur duapuluh pilih-pilih, umur dualima pilih apa adanya, sedang umur tigapuluh siapa yang mau milih masa bodo! Sungguh, tidak  pantas seorang yang berilmu dan menyampaikan ilmu mengumbar kata-kata tak bertanggungjawab tersebut. Hanya doa untuknya, Semoga ALLAH memberi hamba-NYA peringatan dengan hakikat ilmu.
 
***

Mencocokkan kriteriaku dengan yang memilihku…

Ini tidak segampang menghitung uang kembalian  atau bertemu saat berselisih jalan. Juga tak semudah memilih kursi baru  dimana karyawan toko meubel yang mengantarku dan Ibuku menyebut kursi yang terpilih mengisi ruang tamu sebagai ‘Pandangan Pertama’. Setiap kali itu pula aku menyebutnya bila Ibu terus mendesakku untuk segera mengiyakan pilihannya. Aku lebih senang untuk memilih kursi atau baju baru daripada harus mengiyakan ajakan seseorang. Lalu dengan berusaha sekuat mungkin menahan kemarahan menggelegak dengan nada tinggi tertahan-tahan “Aku ingin melangkah ke depan bukan ingin surut ke belakang. Sesekali boleh menoleh ke belakang, sesekali! Sebagai pembelajaran! kayak fungsi kaca spion itu”
Mengakhirinya dengan pertanyaan “Emang, nggak ada yang lain, Ma?”
Benar-benar kesal dengan pembicaraan seputar itu. Kalau sekiranya aku tidak mampu menjawab atau menahan diri aku memilih diam atau menghindar biar tak ada omongan sama sekali meski  berupaya juga mengalihkan pembicaraan ke hal yang  lain.
***

Aku pun maklum, mengapa ta’aruf jadi begitu menyakitkan bagiku.  Padahal, ta’aruf(perkenalan) merupakan rangkaian langkah yang harus kujalani menuju pernikahan. Sadar bahwa aku orang rumahan, tidak memiliki relasi yang luas memerlukan perantara untuk ta’aruf. Ternyata, aku terjebak dengan rasa ‘pakewuh  atau malah bingung tidak tau cara menyampaikannya.

Usia dan pengalamanku masih mentah, bagaimana mengingatkan pada yang lebih berpengalaman?  

Tetapi, aku tidak ingin menyalahkan orang lain. Justru yang aku sesalkan adalah hal yang merupakan keberkahan berubah jadi  cemoohan. Niatan awal men-ta’arufkan bergeser menjadi  memaksakan kehendak.  Ternyata, setiap orang yang mengaku muslim harus memulai sesuatu dengan ilmu, pengetahuan tentang apa yang hendak ditunaikannya termasuk ta’aruf. Semoga ALLAH Mengampuni kami semua dalam hal ini Ya RABB...
***

'Seandainya, di sekitar kita sama' *ah* malah jadi inget lagu ciptaan Yovie Widianto yang dinyanyikan  Tia AFI
 Bagaimana aku memberi pengertian tentang pemahaman ini?
 

Hamba mohon petunjuk untuk kami.

Aku menanti Imam yang lebih mengenal ALLAH dan Rasul-NYA.

Aku ingin  bersama Qowam  yang mengajakku untuk menjadi lebih baik di mata RABB kami.

Aku rindu Pemimpin yang cintanya kepada ALLAH dan Rasul-NYA lebih dariku dan mencintaiku karena ALLAH.

Hanya ALLAH  Yang Tahu apa yang di hati ini.
Semoga ALLAH selalu membimbing hamba-NYA ini
Untuk selalu berada di jalan yang diridhai-NYA.
Jauhkan kami dari jalan yang الله Murkai.
Kumohon selalu dalam lindungan-MU ya  ALLAH.
Hingga tiba ketentuan ALLAH Ta’ala
mempersatukan cinta dalam kebersamaan karena ALLAH jua...
Aamin Ya RABB


Ya   ALLAH Beri  Aku  Kekuatan
   









5 komentar:

  1. Semoga di saat yang tepat, engkau bisa merasakan bahwa seseorang itu memang yang terbaik menurut Allah SWT.

    Oya, sedikit masukan aja bahwa nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan segala urusanmu..


    aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukron bunda Rini

      iyah, tapi manusia adalah ciptaan ALLAH yang paling sempurna, Bund..

      dan kecocokan bagiku saat aku rela menerima kekurangan dia dan dia ikhlas akan kekuranganku untuk bersama mengoptimalkannya... komitmen itu yang ingin aku bangun sedari awal...
      begitu bund ^_^

      Hapus
  2. Ya Alloh Beri hamba kekuatan dan petunjuk untuk menemukan teman sejatiku :)

    narasi yang apik, mbak..
    An jadi terhanyut ma emosimu..
    siiiip
    jangan putus berharap so pasti ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. tentu An ^_^

      yakin kalau ALLAH sudah menyiapkan pasangan kita dan kapan itu ya... pasrahkan saja pada_NYA

      hanya berupaya mengisinya untuk memperbaiki diri sampai saat itu tiba

      Hapus
  3. Insya Allah... saatnya akan tiba :)

    BalasHapus

Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...