Rabu, 28 Desember 2016

Perpusda Boyolali Berada Di Jantung Kota

'Rasane Kaya Disiram Banyu Sewindu'
Seperti  oase di tengah gurun pasir!
Mak Nyeess!
Begitulah gambaran ketika menemukan lokasi yang ku cari. Kalau aku tidak salah ingat, kutemukan penanda lokasi di Instragram ( eh?) saat ngunggah gambar di Simpang Lima ini.
Ini sebelum perpusBoy di pojok selatannya Simpang Lima dijadikan perpustakaan.

Simpang Lima Boyolali
Ternyata!
Perpustakaan itu ada di belakang sana...
Belakang Patung Kuda!

Untuk memastikan, sengaja meluangkan waktu ke sana.
Naik Telolet.. (Ampun!) maksudnya bus kota jurusan Karanggede- Boyolali yang nggak ada teloletnya (Ampun lagih) dan turun depan Taman Kridanggo.
Eh?!
Sepertinya aku mengabaikan keselamatan sebagai pejalan kaki 💢😫
Apa yang kulakukan?
Jiah! Daku nyebrang dari depan trotoar Kridanggo, langsung mendekati patung kuda. Sempat membuat bingung para pengendara yang melintas kawasan itu. Untunglah lalu lintas lengang. Andai terjadi sesuatu, rekaman cctv pasti menunjukkan betapa sembrononya diriku 😭
Nah! Mau naik ke bundaran trotoar yang mengelilingi Ring Road Simpang Lima terlalu tinggi, juga tidak ada anak tangga, kan?! 😵
Alhasil, aku berjalan memutarinya searah jarum jam. Celingukan antara memperhatikan lalu lalang kendaraan sembari mencari keberadaan anak tangga.

Terhibur ada Musholla di sebrang Ring Road. Tapi nanti dulu karena aku belum memastikan. Pemandangan sebelah kiri memperkuat keyakinan bahwa bangunan belakang Simpang Lima merupakan perpustakaan. Kunjungan keduaku berusaha mengambil gambarnya dari seberang jalan.
Perpusda Simpang Lima Boyolali
Sengaja milih tempat di bawah pohon.
Pencahayaan lebih baik dalam suasana redup.
Terlindung dari gerimis, Ding..

Saat perjalanan itu ada pengendara yang menyempatkan menyapa;

"Jane arep Nang ngendi, tho Mbak?

He.. he.. Mau kemana?
Pertanyaan sekaligus sindiran atas kelakuanku. Cuman bisa nyengir..
Ahai!
Yang ku cari akhirnya ketemu.
Saudara- Saudara!
Ketahuilah!
Anak tangga pertama kali kutemukan ada di sisi paling belakang. Ujung belakang sana.
Jauh dari patung kuda. Tepat di angka 12 (Mosok?)
Kali kedua kunjungan baru bisa mengabadikannya.
Dan ada di sisi jam 3 dari depan patung kuda ada tangga yang kedua.
Perpusda Simpang Lima Boyolali
Jangan dikira jalanan didepannya sepi.

Wow!
Lain suasana begitu naik ke Ring Road. Macam Wong Ndesa mlebu Kutha. Soalnya baru kali ini merasakan berjalan di tengah-tengah kota. Di Simpang Lima. Serasa di atas catwalk.
Dan semua menatap ke arahku?!
Hei!
Norak!
Semua sibuk dengan urusan masing-masing, Non!
Biasa aja kali!

Bersih dari sampah!
Poin permulaan yang baik.
Kiri- kanan ku lihat saja .. banyak pohon cemara..
( Yee! Kok, malah nyanyi? 😏
Maksudnya
betapa rindangnya!
Ada telepon koin yang diragukan untuk bisa difungsikan.
Gardu listrik di sisi lain.

Perpusda Boyolali Simpang Lima
Karena terik mentari, meski di bawah
rimbunan daun tetep membias -_-
Sepertinya bukan kawasan ramah untuk penyandang disabilitas.

O.. Ow
 Enak- enak di atas kita musti turun lagi. Diriku benar-benar mengelilingi bangunan karena pintu berada di depan. Menghadap patung kuda.
Coba kuingat lagi sebelum jadi Ring Road bangunan apa ya, dulu?
Lupa?
Utawa.. ora nggagas?

Mau belajar bikin landscape malah, ups! Mentog dengan posisi kolam dimana patung kuda yang mirip di Bundaran HI Jakarta berada.

Disambut ruang informasi. Sebisa mungkin komunikatif atau akunya memang clingus.
Bukan orang ditanya yang salah. Maksud hati nanya apa bisa pinjam dan bagaimana prosedur meminjam buku perpus. Tak kesampaian. Jurus cuek jadi andalan ku yang langsung melenggang sok tau menuju rak- rak buku berjajar. Nyoba menggunakan katalog digital.
Kunjungan kedua aku menemukan selebaran yang tertempel dekat komputer tentang #BoyolaliFotoSprint dan mencari info lengkapnya menggunakan wifi gratisannya.

Dari awal kunjungan aku sudah punya tempat favorit untuk membaca.
Sayangnya, kunjungan keduaku tempat favoritku sudah di- booking orang. Bacaan yang dipilih ikutan berubah.

Buku - buku tebal
yang tidak habis dibaca
untuk sekali duduk
Gimana mo jadi photografer?
Motret aja grogi?
Ah, malu yang di depanku

Salah satu buku yang berkesan bagiku adalah autobiografi dalam bahasa Jawa.

Judulnya
  'Dalane Uripku
 : Suprawoto'
dari
 Penerbit
PT. Pancaran Semangat Jaya
( Panjebar Semangat)

Saat  buku ini diterbitkan ( Februari  2016), Bapak Suprawoto merupakan Sekretaris Jenderal di Kemkominfo.

Pengalaman hidup yang diceritakan apa adanya. Bahasanya pun mengalir sehingga tidak bikin kerut di kening. Malah pingin ngikik tiap bertemu hal yang nyleneh. Banyak ilmu yang dijejaki dan penuh inspirasi... Seperti keberadaan Perpusda ini yang tepat di jantung kota
Perpusda Boyolali
Golek Cagak Nek bingung.
Cari ilmunya lah kalau tak tau ^_~

Perpusda Boyolali
Ada gazebo buat rekreasi

Perpusda Boyolali
Kayaknya enak berdiskusi disitu..

Sebenernya tidak mau pulang tapi ini bukan rumahku!!!
Buku yang kuadep cuma dibalik- balik dengan antusias. Serampangan dibaca.
Dengar seruan kemenangan jelas memilih segera mengakhiri.
Di belakang tadi ada Mushola, kan??!
Salah!!!
Diperhatikannya dengan lebih seksama lagi!
Rupanya Kedai Loji Landa
Klunuh-klunuh pulang nyari Masjid terdekat biar tak ketinggalan shalat Ashar.

Ehm!?
Sepertinya ada yang kurang?!!
Tapi?
Kenapa melihat deretan rak lemari ku jadi sayang dengan buku-bukuku 😣😫
Perpusda Boyolali
Tak ada kata selain ingin
kembali kesana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...