Sabtu, 13 Oktober 2012

Bintang Pujaan



 BINTANG PUJAAN


‘Dan bahwasannya DIA-lah Tuhan (Yang Memiliki)  bintang syi’ra’ (An Najm  ayat 49)

Syi’ra  dalam catatan kaki  tafsir Al Qur’an diartikan sebagai bintang yang disembah oleh orang-orang Arab pada masa jahiliyah.

BINTANG..

Bintang itu seberkas sinar terang di kegelapan.
Berbagai sajak melukiskan keindahannya.
Keberadaan bintang bisa  diartikan harapan bagai setitik cahaya dalam kesuraman.
Bintang dapat dimaksudkan dengan pengertian tentang sesuatu yang mempunyai kelebihan atau keistimewaan.
Sempat terbesit pertanyaan yang menggelitik tentang artis papan atas yang sering dianalogikan dengan  bintang.. Yah, bintang pujaan!

Dulu, pernah aku terbelenggu dengan sosok-sosok bintang pujaan itu.  Aku tidak tahu pasti korelasi  bintang syi’ra tersebut dengan bintang pujaan. Mungkin bintang  yang disembah di zaman jahiliyah itu adalah bintang dalam pengertian artis papan atas yang dipuja-puja manusia modern kini.
Ah,  gambaran yang seolah sempurna pada kehidupan para artis tersebut membuaiku dalam angan-angan indah.  Alangkah bahagianya menjadi mereka. Padahal apa yang ditampakkan tak selalu nyata. Penuh dengan kepalsuan seperti halnya sandiwara yang mereka berperan di dalamnya. Penuh dramatisasi.
 Sampai pada suatu ketika, aku mulai mengenal ajaran Tauhid. Ilmu tentang ‚Qolbunsalim‘ atau hati yang selamat.
Atas karunia ALLAH, diri ini menyadari
Meski masih berupaya lepas dari belenggu diri
Ya ALLAH terantuk aku pada rasa
Kenapa aku lebih rindu kepada mereka?
Lalu, seberapa rinduku pada-MU?
Bukankah mereka  hanya ciptaan-MU
Begitu pentingkah kehadiran ciptaan-MU?
Bahkan lebih penting dari Penciptanya?
Alangkah mudahnya menirukan dan melakukan apa yang mereka kerjakan
Namun, serasa hamba memaksakan diri dengan perntah-MU..

Kesadaran akan semua itu menjadi tamparan yang bertubi-tubi. Akhirnya, hanya ampunan yang bisa hamba lakukan.
Sedikit demi sedikit, aku menghilangkan pengaruh yang sempat mencengkeramku. Aku memang tidak akan sepenuhnya bebas. Toh, contoh yang baik selamanya memang harus diikuti, sebaliknya keburukan memang seharusnya dihindari. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik. Meskipu n pengalaman itu dari orang lain.
Berbekal pengalaman pribadi tersebut. Tidak ada salahnya kan menjadi  seorang figur juga?
Iya, menjadi panutan! Memulainya dari diri sendiri... Belajar memulai kebaikan dari diri sendiri. Memang sulit untuk menyapa duluan pada seseorang yang belum kita kenal. Namun begitu dilakukan ^_^ ternyata mudah, kan ^_^ dengan senyuman, saat itu juga mendung kelabu telah menyibak berganti dengan langit yang cerah. Dan, betapa tersiksanya dengan permusuhan. Sulitnya mengambil inisiatif memulai perdamaian.  Taraa ! Beban itu terlepas sudah jika ego dalam diri juga kita letakkan lalu menggantinya dengan kasih sayang. Semoga bisa menjadi kebiasaan.. Aamiin ya RABB..

Akhirnya, bintang tak selamanya kita yang memandang
Dari kejauhan
Kita pun bisa jadi bintang
Dengan kesungguhan
Dalam kebaikan...
Semoga kita bisa menjadi satu bintang...

Zero to Hero



2 komentar:

Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...