Hatimu
sedang risau? Angin bertanya lembut. Ia memulai petualangannya dengan
bersemangat. Pagi memang membuatnya menjadi segar kembali setelah seharian
menjelajah dunia. Langit yang ditanya hanya berdesah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan tatapan
hampa. Entah berapa muka yang Angin miliki.
Rerumputan hanya menggelengkan kepalanya ketika hembusan Angin yang ribut membuat suasana makin mencekam. Hal yang dilakukan Angin terus mencari Mendung yang lain. Pohon mengikuti dengan pandangan kemana Angin bertiup tanpa tahu perjalanannya akan berakhir dimana. Angin dengan serta merta menampar apa yang ada di hadapannya. Guguran daun ikut menengahi perseteruan. Sedang Bumi menghampar pasrah, dengan kerelaannya merengkuh yang terjatuh. Melindungi dan mengasuh keturunan Mendung. Kelak, jika mereka telah sampai ke muara, Angin akan menemukannya kembali. Dan itulah kehidupan bagai roda yang terus berputar. Semua itu harus terjadi agar dunia ini tidak berakhir hingga suatu saat benar-benar berakhir.
Matahari memandang dari kejauhan. Masing-masing menjalani kehidupannya untuk menjadi diri mereka sendiri. Tak mungkin menjadi yang lain, begitu pula mereka takkan mampu menjadi dirinya. Dihadapkannya wajahnya ke Hujan...
TUHAN Menciptakan semua sempurna dan indah.
Hanya kita yang sering alpha menyadarinya.
Jadi, sematkan bahagia
Dan
*_*
Please well come Blog M A H D A for more fiction...
Sebentuk Mendung
menjenguk lemah. Kandungannya membebaninya. Langit mengulurkan tangannya. Bermaksud membawanya pergi jauh ke tempatnya menunggu Matahari. Ah, TUHAN Maha Mengatur, Angin menuju ke arahnya
dengan tergesa-gesa mendapati
Mendung yang ingin menggapai Langit.
Itu berbahaya bagi makhluk! Teriak Angin merenggut Mendung. Langit tak bisa berbuat apapun ketika Angin dengan perkasanya menguasai apa yang telah menjadi haknya.
Itu berbahaya bagi makhluk! Teriak Angin merenggut Mendung. Langit tak bisa berbuat apapun ketika Angin dengan perkasanya menguasai apa yang telah menjadi haknya.
Matahari datang memberondong Langit dengan seribu pertanyaan. Sinarnya seketika meredup mendapati Langit membisu. Pemandangan yang mengerikan memberinya jawaban.
Para Mendung terkumpul.
Para Mendung terkumpul.
Suara makian menggelegar diantara tangisan Hujan.
Oh, serupa
inikah Kasih sayang?
Rerumputan hanya menggelengkan kepalanya ketika hembusan Angin yang ribut membuat suasana makin mencekam. Hal yang dilakukan Angin terus mencari Mendung yang lain. Pohon mengikuti dengan pandangan kemana Angin bertiup tanpa tahu perjalanannya akan berakhir dimana. Angin dengan serta merta menampar apa yang ada di hadapannya. Guguran daun ikut menengahi perseteruan. Sedang Bumi menghampar pasrah, dengan kerelaannya merengkuh yang terjatuh. Melindungi dan mengasuh keturunan Mendung. Kelak, jika mereka telah sampai ke muara, Angin akan menemukannya kembali. Dan itulah kehidupan bagai roda yang terus berputar. Semua itu harus terjadi agar dunia ini tidak berakhir hingga suatu saat benar-benar berakhir.
Matahari memandang dari kejauhan. Masing-masing menjalani kehidupannya untuk menjadi diri mereka sendiri. Tak mungkin menjadi yang lain, begitu pula mereka takkan mampu menjadi dirinya. Dihadapkannya wajahnya ke Hujan...
Seleret warna tergores membentuk lengkung aura yang
telah lama dinantikannya, Pelangi...
TUHAN Menciptakan semua sempurna dan indah.
Hanya kita yang sering alpha menyadarinya.
Jadi, sematkan bahagia
Dan
*_*
Please well come Blog M A H D A for more fiction...
wah, majas metafora dan perfeksionis begituu terasaa..An juga mau ikutan bikiin, An :)
BalasHapusManiiiis banget kata-katanyaa.. :)
BalasHapusSukses yaa!