Jumat, 08 September 2017

Lebaran Qurban Dengan Masakan Timur Tengah

Yun Widhiatmi

Hidangan  bersantan,
Bumbu  rempah,
Selera  lidah  Indonesia banget!
Dan aku mulai  beralih.. Ehm?! Bukannya mau berpaling, sih! Tapi..
Ada alasan  yang  membuatku menghindari  santan dan berbumbu kuat.  Dalam kata lain, memasak lemak dengan cara lain😁 Iya! Karena cara masakan yang kupilih sama- sama memakai  lemak  -_-
Setidaknya, ngeraciknya enggak begitu ribet gitu, deh 0_o
Di sekitarku, banyak yang enggan memakan daging kambing. Ada yang diberikan pada tetangga, atau sebagai lauk kucing, bahkan dibuang maupun dijual barangkali >_<
Padahal, qurban pertama kali diterima oleh ALLAH itu berupa kambing baik dalam kisah riwayat Habil- Qobil kemudian riwayat Nabi Ibrahim - Ismail. Rasulullah pun berqurban kambing dan memakannya adalah Sunnah. Lantas, apakah aku ikut2an untuk  tidak memakan kambing?
Dipikir lagi pasti ada hikmah dengan qurban berupa kambing ini.
Bisa jadi hikmah itu belum terkuak dan selama masih terus mencari pengetahuan tentangnya membuatku enggan pula untuk menolak qurban kambing. Hanya saja, aku dibuat penasaran bagaimana cara memasak kambing ala Timur Tengah khususnya Arab dimana Rasulullah berada.

Nasi kebuli menarik perhatianku.
Rempah yang dibutuhkan tersedia di rumah. Macamnya tidak sebanyak bumbu pawon untuk gulai maupun kare. Jadi semangat ^_^

Cathet :

Bawang merah-putih, pala, kayu manis, cengkih, kapulaga, jintan, ketumbar, lada hitam.

Ditambah minyak samin? Minyak lemak.. Sempat kepikiran dengan lemak yang terbentuk saat kaldu mendingin. Di daerahku disebut kendal.
Ibu langsung membuang lapisan lemak itu jadi aku harus cari gantinya.
Coba gugling, yang dimaksud minyak samin itu ialah lemak yang dipadatkan. Semacam mentega atau margarin. Semua bahan merujuk pada pengertian minyak lemak.

Berikutnya kaldu kambing, sudah jadi! Mungkin akan berasa lain kalau direbus langsung ketika daging masih segar.
Susu kambing telah tersedia meski berupa susu bubuk. Tinggal bikin! Aku pantas bersyukur karenanya, ibuku memilih susu kambing sebagai tambahan suplemen kalsium sejak merasakan sendiri khasiatnya meredakan alergi dan keluhan lain. Kadang gemetar akibat salah pola makan atau efek samping obat.

Untuk taburan berupa kurma atau kismis juga tak masalah. Baik kurma maupun kismis diupayakan selalu ada di rumah atau dalam perjalanan mengingat keutamaan kurma bagi yang menyediakannya dijamin tidak akan kelaparan. Dalam artian akan terpenuhi gizinya.  Juga kismis yang punya khasiat membantu meredakan nyeri kepala mendadak dan memenuhi kadar gula harianku mengingat aku lebih mengutamakan minum air putih. Lagian kadar gizinya lebih bagus dari permen.

Sebelumnya, aku juga sudah menjajal resep coba-coba dengan remahan laos yang punya sensasi gurih. Memang sengaja membuktikan  resep Bu Ninuk ( owner Catering Aulia Milano) di radio fave- ku.  Dengan rempah pala, lada hitam, cengkih, cabe jamu, dan kayu manis. Aku suka aromanya yang enak di mulut. Tidak membuat 'szep' semacam rasa yang menguar tajam di tenggorokan saat  bersendawa. Mirip gulai nggk penampakannya?
Yun Widhiatmi

Sedangkan Beras untuk nasi kebuli ini aku tumis setelah bumbu yang dihaluskan ditambah irisan bawang bombai sudah berbau harum. Aduk-aduk sebentar baru menuang kaldu dan susu kambing sesuai takaran seberapa nasi sampai tanak. Mirip pembuatan nasi biryani.
Sempat pingin menambah citarasanya dengan minyak kelapa murni. Sayangnya persediaannya habis. Mau netesin minyak zaitun malah lupa, ya sudah! Nasinya sudah tanak.. Tetesan terakhir saja, maksudnya kuolesin di mulut lantas mengecapnya.. SUBHANALLAH!!!

Tak ada sambel goreng ati ada oseng labu siam super pedas mantap juga ternyata ^_°
Yun Widhiatmi

Setidaknya dengan tulisan ini membuat kamu menyesal telah menolak qurban berupa kambing.
Lihatlah
di belahan bumi sana, pengungsi Muslim Rohingya tengah terancam kelaparan dan kekurangan bahan pangan.
T_T

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...