http://lomba.dpd.go.id
DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
Kesadaran dalam Tugas dan Tanggung Jawab
Menatap cermin dengan seragam dinas ini mengingatkan bahwa aku seorang abdi masyarakat. Mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai konsekuensi dari aspirasi rakyat yang telah memilihku. Seorang wakil rakyat dalam lingkup satu propinsi.
Ini bukan tugas ringan, Sahabatku! Bukan pula tugas sembarangan. Banyak yang terjebak dengan paradigma bahwa Wakil Rakyat adalah jabatan yang prestisius. Sesungguhnya, senyum yang tersungging pada foto publik dan terpajang di berbagai media itu merupakan cara kami menetralisir kegundahan kami. Sanggupkah menjadi pelayan yang setia? Yang dengan cerdas mengatur ritme kerja yang tak biasa. Ah, peran seorang ibu lebih berat dari seorang 'Jongos! Labuh Labet (pengabdian) untuk mewujudkan surga dalam rumah tangganya terus bergulir. Menjadi sulaman cerita dari masa ke masa. Kasih ibu bagaikan mentari 'kan bersemai sepanjang jalan. Dan, itu hanya dalam lingkup terkecil dari masyarakat. Tidak akan cukup membangun harapan dalam semalam. Dimana impian satu kepala dengan kepala lain berbeda. Mulai dari pengertian tentang kemajuan dan modernisasi. Haruskah langsung terbang melesat, atau tumbuh menghujam bumi lalu menggapai langit, atau perpaduan keduanya?
Yang penting, seorang abdi benar-benar tau apa yang dibutuhkan majikannya. Tidak 'ngelunjak' karena pemimpin tertinggi justru di tangan rakyat, ingat! Rakyat-lah majikan kita!. Amanat yang berat dari mereka direkomendasikan untuk dibahas. Meski pada pelaksanaannya dieksekusi oleh para jajaran pemerintahan daerah. Meski pengawasan itu tugas kami, bukankah kami bagian dari masyarakat yang berkepentingan juga? Keberhasilan penyelenggaraan tentang hal yang telah diputuskan menjadi tanggung jawab bersama.
Potensi Propinsi Jawa Tengah
Memahami daerah dimana aku berasal dan berkarya sebagai anak bangsa.
Terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota, Jawa Tengah menyimpan potensi alam dan kekayaan melimpah. Sebagai pusat industri hingga wisata alam dan kuliner.
Semoga propinsi Jateng tetap menjadi lumbung beras. Rakyat pun tidak melulu menjadikan bahan pokok karena masih melimpah bahan sumber karbohidrat lain yang tak kalah bergizi. Ada singkong, ubi, sagu, talas yang menjadi komoditas penting dan menjadi ikon suatu daerah. Tentu orang akan mengenal Wonogiri sebagai kota gaplek, dan menyusul Klaten, tepatnya di desa Benda, Tulung yang mulai menggiatkan sentra pati onggok. Sejenis pati berasal dari batang aren. Selama ini pati onggok dikenal sebagai ampas singkong atau tepung tapioka dalam bentuk jadi.
Potensi daerah yang mulai serius digarap antara lain:
- 'Barlingmascakeb' singkatan untuk daerah penghasil gula aren yaitu: Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen . Berpotensi menjadi komoditas ekspor terutama ke Jepang.
- Pasar, showroom, dan pusat kerajinan, sentra indusri, dan home industry yang mempertemukan para penjual (dalam hal ini perajin) dan pembeli (konsumen peminat). Contoh: Shopping Centre Jepara, tempat belanjanya kerajinan dan kuliner Jepara.
- Cara yang tak kalah efektif dengan brand image sebuah kampung industri. Dimana setiap rumah para pelaku industri menciptakan suasan rumah sebagai objek kunjungan, dilengkapi galeri guna memajang hasil kerajinan. Kampung semacam ini bisa dinikmati diantaranya di kampung batik Laweyan, Solo.
- Wisata kuliner
Pemerintah kota menyediakan tempat khusus pedagang kaki lima di sepanjang jalan tertentu bahkan protokol sebagai tempat jajanan khas daerah. Misal: jajanan serabi di jalan Slamet Riyadi, Solo.
Penting dan urgent bila perajin, di samping punya keahlian mengelola hasil karya juga harus mempunyai kelihaian dalam memasarkannya. Memang menjadi simalakama, tengkulak yang berhasil mempertemukan peminat dari sebuah produk. Namun, hubungan dagang dalam lingkaran ini seringkali merugikan pihak perajin. Semoga dengan sistem koperasi dan pembentukan wadah resmi untuk para perajin mampu menutupi keterbatasan perajin dalam hal distribusi hingga benar-benar terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara perajin dan pembeli.
*Ehm, terkenal dengan daerah perkebunan, dengan tanah yang subur. Terpikir juga untuk mempersulit memberikan ijin mendirikan bangunan (IMB) khususnya di daerah perbukitan dan bantaran sungai. Berabe, kalo diberikan sertifikasi legal di daerah-daerah rawan itu. Seharusnya daerah itu diperuntukkan untuk jalur penghijauan, hutan rindang, pohon berakar kokoh yang mampu mempertahankan kestabilan kontour tanah.
*Melepas bebas satwa di alamnya tanpa merusak habitat aslinya. Hidup berdampingan dengan alam. Bila satwa liar mulai menganggu, seharusnya kita menyadari, mungkin, kita telah mengusik ketenangan hidup mereka di alamnya.
*Dan pemberian sangsi berat berupa tugas sosial kemanusiaan dalam pekerjaan pengelolaan hutan bagi siapa saja yang berani menjamah hutan, apalagi merusaknya. Hugh.. aku ingat bagaimana orang-orang dewasa itu dengan keisengannya melemparkan puntung rokok atau batang korek yang masih menyala di semak-semak belukar yang mengering. Dimana akal waras mereka disimpan, ketika ladang ilalang yang cukup luas itu berkobar, tawa mereka membahana? Sungguh keisengan yang menjadi muara petaka.
Oh, semoga diri setiap insan menyadari sebagai khalifah penjaga dan pemelihara bumi ini, mewarisi dengan segala kebaikan dan manfaat. Bukannya keburukan dan kerusakan...
Berikut link potensi daerah dan atau website kabupaten di Jateng so, let's touring... ^_^
- Kabupaten Semarang
- Kabupaten Brebes
- Kabupaten Cilacap
- Kabupaten Purbalingga
- Kabupaten Grobogan (Purwodadi)
- Kabupaten Rembang
- Kabupaten Jepara
- Kabupaten Banjarnegara
- Kabupaten Demak
- Kabupaten Kudus
- Kabupaten Kendal
- Kabupaten Pati
- Kabupaten Pemalang
- Kabupaten Pekalongan
- Kabupaten Kebumen
- Kabupaten Magelang
- Kabupaten Boyolali
- Kabupaten Klaten
- Kabupaten Wonogiri
- Kabupaten Sragen
- Kabupaten Sukoharjo
- Kabupaten Temanggung
- Kabupaten Karanganyar
- Kabupaten Purworejo
- Kabupaten Tegal (Slawi)
- Kabupaten Blora
- Kabupaten Batang
- Kabupaten Banyumas
- Kabupaten Wonosobo
Harapan yang Ingin diwujudkan
Alangkah indahnya hidup damai dalam kesatuan. Perbedaan menjadi pelangi kebersamaan. Rindu kejayaan masa lalu tentang guyub rukun yang kini mulai memudar. Pamrih dalam membangun fasilitas umum misalnya, harus bersaing dalam tender dan musti diperhitungkan untung rugi. Lho, padahal jalan, jembatan, bendungan itu untuk siapa? Gedung Sekolah, rumah sakit buat siapa?
Jadi ingat tembang, parik'an berbahasa Jawa 'Gugur Gunung'
.. Holopis kontul baris..
maju papat papat
diulung-ulungake
mesthi enggal rampunge..
Semangat bergotongroyong terkikis oleh egoisme. Justru malah menyala semangat ketika berorasi. Unjuk rasa yang hanya mengandalkan suara tanpa tindak nyata dalam usaha. Sayang sekali...! Demokrasi, sih, demokrasi.. Tapi jangan kebablasan menjadi anarki, dong!
Para akademis harusnya jadi kaum intelektual yang memberi teladan yang baik!
Semoga kebersamaan dalam kebaikan itu bersemi kembali pada diri kita.
Setiap manusia punya impian. Hal indah untuk diraih. Berani memulai langkah menggapai harapan...
Informatif banget tulisannya...
BalasHapus