Pagi Yang Cerah
Kebiasaanku pada pagi hari adalah berdiam diri sehabis Shubuh sambil membaca dzikir Al Ma'sturat pagi dilanjutkan membaca Al Qur'an. Kurang dari jam tujuh pagi aku baru keluar kamar. Itupun kalau tidak ketiduran ^_^ Sebagai manusia biasa, tak jarang ada saja godaan dan mengalahkan perhatian pada kebiasaan baik tersebut.
Suatu pagi, Ibu memanggilku dengan wajah berseri-seri
laiknya baru dapat kejutan hadiah bermilyaran nilainya [ ha.. hai.. lebay !] Sesaat setelah teman baikku semasa kecil pulang ! Karena rumahku terdapat warung sangat sederhana yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Pintu warung yang masih tertutup pun, bila ada yang memerlukan membeli sesuatu 'Ya' lewat pintu lain. Kami cukup bertoleransi terutama ibu untuk para pembeli yang tak lain merupakan tetangga yang masih ada hubungan kekerabatan. Meski, sekali-kali juga dibikin sewot dengan pembeli yang kurang bertenggangrasa dalam memilih momen belanja. Kadang pembeli tersebut mengetuk jendela kamar malam-malam, yang jelas mengganggu saat beristirahat. Ada juga yang menyela ketika ba'da Maghrib, padahal waktunya pendek. Seringkali, terdapat pembeli yang tidak menyadari telah mengganggu pada acara keluarga. Namun, maklumlah dengan kondisi warung yang jadi bagian dari rumah.
laiknya baru dapat kejutan hadiah bermilyaran nilainya [ ha.. hai.. lebay !] Sesaat setelah teman baikku semasa kecil pulang ! Karena rumahku terdapat warung sangat sederhana yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Pintu warung yang masih tertutup pun, bila ada yang memerlukan membeli sesuatu 'Ya' lewat pintu lain. Kami cukup bertoleransi terutama ibu untuk para pembeli yang tak lain merupakan tetangga yang masih ada hubungan kekerabatan. Meski, sekali-kali juga dibikin sewot dengan pembeli yang kurang bertenggangrasa dalam memilih momen belanja. Kadang pembeli tersebut mengetuk jendela kamar malam-malam, yang jelas mengganggu saat beristirahat. Ada juga yang menyela ketika ba'da Maghrib, padahal waktunya pendek. Seringkali, terdapat pembeli yang tidak menyadari telah mengganggu pada acara keluarga. Namun, maklumlah dengan kondisi warung yang jadi bagian dari rumah.
"Tadi dapat jamur yang besar ! Untung belum ketauan sama orang hanya temenmu itu yang tahu!"
Ibu ngendika dengan bahasa jawa yang kental. Tulisan diatas jelas sudah aku translate ke bahasa Indonesia! Aku tak bergeming, melanjutkan dzikirku hingga selesai. Kata-kata Ibu tentang jamur yang besar dan sudah merekah lumayan menarik perhatianku. Satu kegemaranku saat itu adalah membidik kenangan dengan kamera. Kapan lagi dapat kesempatan mengabadikan bentuk jamur itu? Temuan jamur yang kemarin sudah aku lewatkan begitu saja ! Penasaran! masih menggunakan mukena bersegera keluar dari kamarku menuju dapur. Tak lupa menenteng hape yang dilengkapi
kamera dalam posisi ‘standby’.
Si Merah rupanya tidak mau ketinggalan ikut memamerkan jamur yang payungnya lebih besar dari kepalanya itu. Si Merah atau Oranye ? Aku lebih suka memanggilnya Si Merah disini daripada nama panggilan khusus untuknya ‘Pekox’ [yang artinya bodoh] nama yang diberikan Ibu semenjak Ping tidak ada. Sebenarnya, dengan desisan ‘Ssst… Sssttt’ kucing itu tau kalau aku memanggilnya dan berlari mendekat. Berikut penampakan jamur barat itu bersama Si Merah :
Keberadaan jamur ini merupakan karunia ALLAH. Bagaimana enggak
? Tidak semua pekarangan ditumbuhi jamur
terutama jenis yang satu ini. ‘Jamur Barat’ begitu ibu juga orang-orang
menamainya. ‘Barat’ dalam bahasa Jawa berarti angin besar. Angin yang
kadang berubah menjadi pusaran atau yang disebut angin tornado [Jawa ; Leisus]
memang berasal dari barat. Nah,
jamur ini akan muncul saat musim hujan
yang disertai angin. Mungkin, jaman dulu payung dibuat karena terinspirasi dengan bentuk jamur
itu. Di pekarangan kami ada dua tempat
yang berdekatan dimana jamur ini tumbuh. Biasanya di sekitar pagar hidup berupa tanaman tetean, samping rumah tetangga. Entah media apa dan seperti apa bentuknya, aku sendiri tidak ingin menyelidiki. Ada
sesekali rasa penasaran ingin tahu tempat tumbuh jamur itu namun takut akan merusak keberadaan media itu
sendiri. Dari penuturan para sesepuh, sih
media jamur barat terbentuk dari akar
atau pokok batang kayu yang lapuk [bahasa Jawanya : dangkel]. Awal musim hujan dan
curah hujan meninggi media tersebut menjadi liang keluarnya
laron. Jarang, pekarangan rumah terdapat media alami jamur barat. Di pategalan pun sudah langka mendapatkannya. Selama ini, aku belum pernah tau ada pembudidayaan jamur barat. Yang populer diantaranya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping sebagai home industry. Juga ada jamur ling zhie buat bahan herbal.
Jika keberadaan jamur ini sudah diketahui, harus segera diambil. Sebab, dikhawatirkan akan diserang kutu busuk dan beracun. Entah hal itu sekedar pameo atau bukan, ibu memang cepat-cepat mengambil jamur itu dari media tumbuhnya, menguliti, mencuci, lalu memasaknya.
Jika keberadaan jamur ini sudah diketahui, harus segera diambil. Sebab, dikhawatirkan akan diserang kutu busuk dan beracun. Entah hal itu sekedar pameo atau bukan, ibu memang cepat-cepat mengambil jamur itu dari media tumbuhnya, menguliti, mencuci, lalu memasaknya.
Sempat was-was dengan jamur beracun. Tapi, dipastikan jamur
tersebut aman. Telah lulus uji kelayakan sebagai bahan konsumsi yakni tekstur jamur yang kenyal / liat, tidak mudah hancur, dan bisa dikuliti. Dengan ukuran bagian lingkaran yang membentuk payung
berdiameter kurang lebih 20cm dan panjang tangkainya kurleb 40cm. Jamur yang
ditemukan beberapa waktu sebelumnya, mahkota yang membentuk payung masih
melengkung ke bawah persis payung tertutup berdiameter kurleb 10cm dan bagian
tangkai tepat di bawah mahkota terlihat membulat besar. Kali ini, aku
percayakan sepenuhnya pengolahannya pada Ibuku. Aku memilih masakan jamur untuk
lauk dengan diberi bumbu merica, kemiri, bawang, brambang, dan kecap. Ibu
berinisiatif mengganti kecap yang belum
dibuka tutup botolnya dengan petis. Walhasil, rasanya lebih 'mantaf'' meski tanpa
tambahan penyedap rasa.
Bahkan sebelum jamur
itu selesai diolah. Datang tetanggga mbawain ikan kakap dan nila ke rumah. Katanya, ikan hasil lomba di pemancingan setempat mungkin bawah beringin
depan susu murni, Ampel. Pemancingan yang juga tempat bermain anak-anak berupa arena waterboom, menyediakan kolam pemancingan yang diberi
ikan, jumlahnya sesuai iuran pemancing.
Misal, tiga kilo untuk satu kolam terdiri dari tiga pemancing. Kemudian ketiga
pemancing itu berlomba mendapatkan ikan di kolam itu. Yang beruntung, tentu
pemancing yang paling banyak mendapat ikan di kolam tersebut. Sebaliknya, yang
tidak mendapat ikan sama sekali hanya bisa gigit jari. Ibu mengambil satu kilo
doang dengan mengganti ongkosnya yang lumayan untuk menukarkan tabung kosong dengan sebuah tabung gas isi 3kg. Alkhamdulillah,
lauk yang istimewa untuk hari itu dan
satu dua hari berikutnya.
doyan jamuuuuuur :)
BalasHapus-salam kenal-
doyan jamur ?
Hapustapi maaf, jamurnya dah habis.. salam kenal juga
Terima kasih
Gak pernah nyentuhh..kayak.x saya sudah terlanjur kena *jamur* itu yah bahay.. Hhhh ..bego juga saya..:-)
BalasHapusOia kok pas kesini ada peringatan konten. Yah???
nah.. nah.. jamur apaka itu?
Hapussekedar pemberitauan bahwa blog berisi konten untuk orang dewasa. bila anda sudah dewasa, silahkan lanjutkan... begitu...
terima kasih