Masih tersimpan dalam
kenangan.
Masa bermain bersama
kawan-kawan.
Menyenangkan!
^_^
Seiring waktu perlahan
Seringkali berselisih
jalan
Tak ayal diwarnai
perpisahan
Namun ada awal
pertemuan
Dalam mencapai cita dan
impian
Hanya menyemai harapan
Semoga kita bersama ke
satu tujuan
Ridhla ALLAH-lah
dambaan…
Rehat nulis sementara
untuk meneruskan halaman yang terhenti di lembar 95, namun yang tertuang justru
dari realitas kemarin. Daripada kepikiran dan nggak nyambung, mending
kutuntaskan saja. Selanjutnya berharap bisa fokus lagi dengan tulisanku yang
terbengkalai. Ah! Belum lagi ada kabar sedih tentang kawan di komunitas
penulis. Yang kali ini Cuma doa yang terselip sesuai janji ALLAH bahwa di balik
kesulitan pasti ada kemudahan.
Sungguh di balik
kesulitan ada kemudahan…
***
image from Foto kronologi Qolbu Sahabat MHfm
Sebenarnya aku merasa
malu. Di kampung halamanku masih perlu dibantu. Belum lagi 'sampah visual' yang memenuhi jalanan menjelang Pemilu. Tersadar aku, setelah menjalani
kegiatan bersama teman-teman. Kampung halaman yang ternyata belum sepenuhnya
kukenal. Sedari kecil dan tumbuh besar di kampung halaman, ternyata masih
banyak yang belum kuketahui tentangnya. H e i ! ! !...
Sapa
sing isoh weruh githok’e dhewe? [= siapa yang bisa
melihat leher belakangnya sendiri?]
Nggak ada yang bisa
melihat dahi sendiri! Begitu pesan @@Gym di kajian MQ Pagi tadi [Senin, 01
Jumadil Ula 1435 H/ 03 Maret 2014]
Yakin, tidak ada yang
bisa tanpa bantuan yang lain. Setidaknya dengan bantuan cermin. Bahkan dobel
Pembelajaran berarti di
antara sekian kegembiraan yang kudapatkan bersama komunitas pendengar MH.
Berkali-kali keblasuk sedang aku
sendiri sama sekali nggak tahu arah jalan karena baru pertama kali merambah
daerah tersebut, tepatnya di Tanen, Ngargoloka sana.
Harap-harap cemas juga
bila teman-teman berkenan ber-sillaturakhim
ke rumah…
Pagi-pagi sudah ribut
menyiapkan ini-itu. Lebih bergegas dari hari biasa hingga membuat perutku
stress, berasa penuh meski hanya terisi air. Mengatur waktu minum dengan
kepentingan untuk pergi ke belakang. Belum sarapan asal mengharuskan diri agar
empat gelas ukuran besar [kurleb @ 400ml] air putih anget terminum. Satu sms
bikin aku terburu-buru pamitan pada Ibu yang baru pulang dari pasar, padahal
rombongan yang kutunggu masih di perbatasan kota Solo. Diantara tatapan penuh
tanya tetangga, diriku pulang menyempatkan sholat Dhuha dan sarapan kurma. Ibu ngoyak-oyak buat makan- nasi baru bisa
disebut makan, tapi aku enggan. Biar nggak dadi
penggalih dan memikirkan asupan makanku kupilih buah pisang yang telah
tersedia dan separo alpukat yang baru dibeli tanpa tambahan pemanis apapun,
separonya beliau. Syukurlah, perutku ayem dan nggak protes lagi, lalu.. Sinambi
mondar-mandir nungguin, keinget setrikaanku banyak juga, ya 0_o
Keberangkatan, aku
berada satu mobil dengan para petugas medis. Syukurlah tentengan mereka gadget bukan peralatan medis yang bikin
aku keki ‘-_-‘
Menuju lokasi, ada
warga yang spontan menyapa yang berada di mobil sisi sebelah kanan belakang
supir begitu kaca jendela dibuka.
“Katuran!..”
Contoh Bahasa dusun
yang menurut tingkatan kehalusan masih berada di bawah tatanan bahasa krama
yang berlaku di dalam keraton.
Aku yang di sisi kiri
baru ‘ngeh’ memberi respon setelah
jaraknya sudah jauh. Iya… maksud dari sapaan tersebut adalah mempersilahkan
mampir yang bahasa krama inggil-nya ‘Pinarak’
Belum kenal saja sudah begitu
ramah. Kalau telah kenal dekat pasti segan kalau hanya sekedar lewat dan tidak
mampir meski dengan Cuma saling tukar kabar ^_^ itulah orang desa! Dari ujung
ke ujung desa masih mengenal satu sama lain. Coba di perkotaan!? Mungkin,
tetangga lama aja belum kenal sama sekali >_<
Percakapan heboh karena
semua merasa telah lupa darimana berasal. Lupa sama bahasa daerah sendiri.
Sampai keinginan punya villa di pegunungan seperti di daerah yang tengah
dilewati. Aku menambahi kalau di daerah seperti ini hanya ada layanan kesehatan
dari bidan. Dokter ada beberapa di kota, tapi tarifnya memang lebih tinggi.
'Ikan besar di kolam yang kecil.'
Ha.. hai.. jadi inget penjelasan pak Andi Kusuma Brata atas pertanyaan sahabat siar di Spiritual Building Training [SBT] on Radio.
'Ikan besar di kolam yang kecil.'
Ha.. hai.. jadi inget penjelasan pak Andi Kusuma Brata atas pertanyaan sahabat siar di Spiritual Building Training [SBT] on Radio.
Aku : “iya.. yang di
kota ingin tinggal di desa? Yang di desa pingin ke kota?..”
Mbak yang di sebelahku : “Ya, itulah manusia…”
Meski sudah tahu
gambaran tentang lokasi yang dituju, tetep, kenyataan yang dihadapi bikin surprised. Bayangkan! Kemiringan tanah
nyaris 45 derajat! Dari transit menuju lokasi terbentang kurleb 300 meter tapi jauhnya berasa berkilo-kilo karena tanjakannya. Menurut keterangan dari Bu RT, masih ada dua dukuh lagi diatas Tanen. Wow! Exicited yang sudah terbangun rupanya memompa
semangatku dan teman-teman mendatangi tempat acara dengan berjalan kaki. Meski track nggak terjal namun jalanan tinggi
dan kita-kita harus mendaki. Sebenarnya pingin lari juga seperti yang dilakukan
para remaja karang taruna yang menyambut kami ke bawah, begitu pun Pak RT
sekalian Ibu, selaku tuan dan nyonya rumah menyalami kami yang baru datang. Enak
juga, ya kalau menjalaninya layaknya toddler
merangkak bukan dengan jalan menggunakan dua kaki dan punggung yang tegak.
Tapi, demi melihat
sahabatku yang mengatasi kepayahan dan hampir menyerah…
Syukurlah, nggak perlu
tambahan oksigen. Hanya perlu tambahan cairan ion dari dalam tasnya ukhty baik hati ^_^ nyadar lagi, aku
terlupa nggak bawa bekal minum sendiri >_< masalahnya di daerah dingin,
mana tahan aku dengan minuman dingin. Aku terbiasa minum yang anget-anget, sih.
Kalau aku nekat, bisa-bisa tenggorokanku akan bermasalah. Lain kali, tidak
boleh mementingkan diri sendiri karena yakin nantinya bakalan dapat teh panas…
*Nyadhong banget [^_^]V
Belum nanya setelah
pendakian itu, sudah terbakar berapa kalori 0_o
Dari pasien yang mendaftar pengobatan gratis, dihadiri juga oleh warga di luar dukuh Tanen. ada yang dari Nglendro, Waron, Pesak'an, dan Glagah...
Aku nggak pesan
terlahir sebagai kalangan atas [eits, maksudnya ‘cah nggunung’]
Bagaimana rasanya
berada diatas!
Setelah berupaya sepenuh
jiwa raga [jiahh]
Begitu diatas pengin
cepet-cepet turun *soalnya belum di puncak &_&*
Ada yang menggenggam
tanganku, lenganku sambil ngancem kalau jatuh ngajak bareng!
Idih, mana mau guweh… jjatuh ngajak-ngajak?
Alhasil, milih turun
dengan cepat dan selamat, deh
0_o
Eh, begitu di bawah, berani-beraninya ngomando yang diatas untuk segera turun
0_o
*memutar kata*
Tapi bukan untuk cuci
tangan dalam artian menghindari masalah, lho ya..
‘Mung wuwus’
Kok, jadi lega ya?…
Ikut-ikutan menggunakan
padanan kata yang tak lazim???
Kan, bisa jadi salah
persepsi…
Namanya juga Belajar
berprasangka baik
Ehm???
Hanya usaha merumuskan
pengertian dari masalah yang berbeda
Atau
Merumuskan masalah dari
pengertian yang berbeda
Eh ???&/^%$#@!?
Umpeg-umpeg’an saat
kepulangan, nggak jadi masalah buatku. Ganjalan di hati belum juga hilang. Yang
dari jauh, dibela-belain kemari. Kenapa yang dekat seolah tak peduli? Satu
harapan yang masih membumbung tinggi, Semoga langkah kecilku berkelanjutan dan
berkesinambungan. Proposal penawaran menuju kebaikan. Siapa tahu bisa menjadi
jalan menuju cahaya- NYA.
Bukan kecewa karena
gagal, justru aku bersyukur bisa belajar untuk seperti akar yang menghujam di
tanah. Akar memang terpendam, tapi darinyalah ALLAH menjadikannya pokok suatu
kehidupan.
Masukan yang memberitau
tentang tujuan proposalku bikin pesimis. Makin terbukti ketika bertemu sendiri…
Terantuk pada
kenyataan, seorang juragan ternyata melupakan orang-orang yang telah berjasa
baginya?
Mungkinkah karena
merasa sudah memenuhi kantong pekerjanya dengan penghasilan?
Ironis, bila
predikatnya seorang muslim…
Sedangkan, juragan yang lain begitu perhatian darimana buruhnya berasal.
Bahkan ikut membantu saat
perhelatan sekalipun di bagian paling belakang..
Bukan sekedar
ongkang-ongkang
Biar terkesan mendapat
kehormatan..
Inilah
Apa yang ada di
hadapanku >_<
Sungguh, pukulan telak
apa yang disampaikan oleh Ustadz yang mengisi pengajian di baksos kemarin. Siapa?
Waduch, kurang tanggap aku…**tepok jidat
Hughft***
Whatever
·
- Doa yang jangan sampai terputus.. semoga Orang yang cukup berpengaruh mendapat hidayah.
- · Tangan dinginnya yang mengotori politik di kampung.. semoga dibersihkan ALLAH
- · Semoga masyarakatnya juga ikut berbenah untuk menuai keberkahan ILLAHI…
Trenyuh dengan
sekeliling
Andai materi bukan
jaminan masa depan
Seumpama semua tahu kemuliaan bukanlah si pemilik kekayaan..
Bahwa kekayaan sejati
itu adalah ia yang Pemurah Hati
Tidak akan ada kisah
pencuri
Padahal ia sanggup
membeli yang lebih mahal
Hanya untuk kemewahan
Biarpun kesrakat tetep bisa memperoleh
kenyamanan
Lupa ketika nilai
dirinya ia kubur dalam-dalam
Demi gemerlap dunia
yang fatamorgana
Ibarat asap yang ia
lihat
Namun tak mampu ia
tangkap
cepat maupun lambat
cepat maupun lambat
nafas sesak lah yang ia dapat
Sekarat…
Naudzubillah hi min
dzalik…
Semoga kita semua
terhindar dari hal sedemikian…
Semoga desas-desus yang
kudengar hanya fitnah simpang siur.
Bagaimanapun, sebagai
tetangga sekaligus selaku kerabat, merasa menanggung malu.
Jiniwit
katut. Ikut tercubit.
Ora mangan nangkane nanging melu gupak pulut’e [paribasan Jawa ‘ tidak
makan nangka tapi terkena getahnya’ ] yang namanya masih saudara, bila ada sesuatu ‘kan
ikut menanggung akibatnya. Padahal pokal
gawene dhewe. Karena ulahnya sendiri..
Serasa tertampar di
wajah, menohok ke ulu hati.
Jika melihat ke dalam
diri, perasaan… sudahkah menyederhanakan gaya hidupku?
Kemana-mana masih naik angkutan umum? Kadang nyarter kalau punya
kemampuan lebih?
sudahlah!
Semoga ALLAH segerakan
Qowam yang baik dari sisi ALLAH agar aku tak perlu memikirkannya, namun bersama
memperbaiki diri sehingga beban yang menghimpit itu melapang karena kami tak
lagi sendiri…
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...