Judul : Penangsang [Tarian Rembulan Luka]
Genre : Fiksi Sejarah
Penulis : +Nassirun Purwokartun
Editor : A. Mellyora
Cetaka pertama : Mei
2013
Penerbit : Metamind, Creative Imprint of +Penerbit Tiga Serangkai
ISBN : 978-602-9251-18-0
Saat
Berharap dan Kecewa
Jika bacaan tidak
sesuai keinginan, haruskah melupakan bacaan itu dan tidak ingat lagi kalau
bacaan itu ada?
Oh, sayang sekali! Siapa
tahu bacaan itu penuh hikmah dan pengetahuan penting. Dan itulah saat saya memulai untuk membaca
buku ini. Kekecewaan karena ingin mendapat pencerahan tentang sejarah yang
kelam. Samar-samar.
Saya lebih suka
penggambaran hitam dan putih, istilah tokoh protagonist dan antagonis dituangkan dalam
cerita pewayangan. Kebenaran yang akan selalu berhadapan dengan kebatilan yang
diwakili oleh Pandawa melawan Kurawa.
- Stereotip yang membosankan bagiku untuk kisah sejarah meski itu fiksi. Saat pemahaman awam tentang seorang pahlawan ternyata menjadi pecundang dalam cerita yang berbeda. Sudah terbiasa dengan agungnya budi pekerti mendadak dicaci-maki. Kebenaran yang akhirnya kabur karena perbedaan pandangan. Ironinya, hal ini selalu terbalut dalam ‘based on true story’. Membingungkan!
Jadi mirip tayangan Gosiptainment yang meng-ekspose artis
yang jelas terbukti bersalah lalu mendapat dukungan dan dijadikan idola.. ck..
ck.. ck.. Bahkan cicak di dinding pun ikut berdecak kagum.
Baiklah, bukan tugas
manusia menghakimi. Kembali pada isi novel ‘ Penangsang [Tarian Rembulan Luka]’
yang merupakan seri ketiga. Merasa tidak
rela dan hal yang tidak kusuka pada kisah sejarah jika penulis berpihak pada salah satu tokoh lalu menafikan tokoh yang
lain. Padahal tidak selamanya manusia bersikap lurus dalam setiap tindakannya. Harapnya, jangan sampai mengkultuskan makhluk dan
menjadikannya sesembahan suci.. Naudzubillahiminn dzalik..
Bagaimanapun, kebenaran
tentang siapakah yang menjadi pahlawan
sesungguhnya apakah Hadiwijaya atau Penangsang sebagai pihak yang saling
berseteru. Hal yang tetap menjadi
misteri sejarah. Kebenaran sejati hanya kuasa Tuhan Pemilik Semesta Alam yang
berhak menilai. Sebagai manusia yang
mempunyai sifat alpha dan khilaf punya kewajiban belajar
memaknai kebenaran sejati dalam kehidupannya.
الحمدللله aku mendapatkan buku ini sebagai hadiah dalam 'Harmonika' bersama Tiga Serangkai di MHfm.
Terima kasih pada penyiarnya yang mengingatiku karena aku mengirimnya tanpa nama. Dan aku tahu sebenarnya penyiarnya sudah mengenal nomer hapeku ^_^
الحمدللله aku mendapatkan buku ini sebagai hadiah dalam 'Harmonika' bersama Tiga Serangkai di MHfm.
Terima kasih pada penyiarnya yang mengingatiku karena aku mengirimnya tanpa nama. Dan aku tahu sebenarnya penyiarnya sudah mengenal nomer hapeku ^_^
Yang
Terluka Dan Menderita Kekalahan
Apakah gambaran
pemimpin ‘’idaman’ itu hanya ada
dalam angan dan impian?
Seri ketiga ini berisi
penuturan kilas balik Ki Buyut Panepi.
Adalah Penangsang,
gambaran seorang pemimpin yang sederhana [Prasojo]
pembimbing [Panuntun] juga pandai
menyelesaikan masalah [Panuntas]
tersebut memilih menyingkir dari pusat pemerintahan dan memilih sebuah
kadipaten kecil, Jipang. Bahkan, nasehat gurunya, Sunan Kudus tidak dihiraukan
karena terlanjur sakit hati atas kematian ayahnya yang sebagai akibat perebutan
kekuasaan diantara trah Raden Patah. Diantara kekisruhan tersebut muncullah
Hadiwijaya yang masih bernama Joko Tingkir masuk kalangan istana dengan membuat
keributan [ontran-ontran] yang
dikenal dalam kisah ‘Kebo Ndanu’.
Lalu menarik perhatian Sultan Trenggono saat paseban dengan melompati kolam
wudhlu padahal dalam posisi membelakang. Berikutnya, Joko
Tingkir dijadikan senopati dan menantu Sultan sebab pernikahannya dengan salah
seorang putrinya, Ratu Cempokoningrum.
Hadiwijaya selangkah
demi selangkah mampu menggapai kekuasaan bahkan memindahkan pusat pemerintahan ke
Pajang. Dan berakhirlah kekusaaan kesultanan agung Demak Bintara. Penangsang
yang merupakan cucu tertua Raden Patah [Sultan Demak pertama] dijadikan
bulan-bulanan tertuduh sebagai pembunuh Sultan Trenggono [Sultan kedua] yang
tak lain adalah pamannya sendiri dan Sultan Mukmin[ sultan ketiga] putra sultan
Trenggono, sepupu Penangsang.
Pemanggilan Majlis jeksa yang diindahkannya berkali-kali menjadi alasan
Penangsang dijatuhi hukuman mati tanpa
ada pembelaan sama sekali.
Selama ini, Penangsang
dikenal sebagai putra tunggal Pangeran Sekar Sedolepen. Dalam cerita ini, menguak saudara-saudara seayah
Penangsang yang lain. Mereka awalnya tercerai dan akhirnya bahu-membahu
menyukseskan hijrah-nya Penangsang ke
Palembang.
Jika Penangsang hijrah, lantas siapakah yang terbunuh di
Bengawan Sore? Yang tewas dengan usus terburai karena sabetan tombak Kiai
Plered yang dilakukan Danang Sutawijaya lalu terpotong oleh kerisnya sendiri,
keris Kiai Brongot Setan Kober. Misteri yang beribu tahun tersimpan rapi namun
tak tertulis dalam buku sejarah yang pantas untuk diikuti kisahnya dalam fiksi
sejarah ini…
Di samping kisah
tragis, novel ini juga menyajikan kisah romantis yang berujung kebahagiaan dan
ada pula yang berakhir patah hati. Buncah bahagia pasangan putra angkat Patih
Mentahun dan Retno Puspitosari yang menyisakan duka bagi murid Sunan Kudus
sekaligus cucu saudara tunggal gurunya, yang sedianya dipersiapkan menjadi
pengurus Panti Kudus disamping putra tunggalnya, Amir Hasan. Kisah asmara
Mataram, putra angkat Pangeran Hadiri dan Ratu Kalinyamat bersama Ratu Ayu Juru
juga Laras Madya. Cinta yang kedua-duanya berakhir luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...