Seneng, deh… ngeliat anak yang tampan atau cantik,
menyenangkan, penuh semangat, dan berprestasi lagi ^_^
Jadi haru!
Itupun anak orang lain… bayangkan bila anak yang
dimaksud itu adalah anak kita! Anak kandung sendiri!
Wuiyyhh… betapa bangganya
Betapa bahagianya…
Namun, perlu diingat bahwa anak sedemikian tidak
brojol begitu saja menjadi apa yang kita inginkan. Melalui proses yang tidak serta
merta didapatkan tanpa usaha.
Mengingat diriku dalam masa ‘penantian’
Dan
Menyadari diriku seorang wanita yang mendambakan
juga menjadi seorang ibu, tentu harus mempersiapkan diri sedari dini. Bersyukur
juga sebelum masa itu tiba, diriku sudah mengawali membentuk kepribadian
unggul. Ibarat menanam bibit, aku sudah mulai mempersiapkan lahan yang subur
dan tempat yang sesuai dengan tumbuhnya yang kutanam. Apa sajakah itu? Aku
berusaha membuat catatan sederhana yang wajib aku patuhi demi kesiapanku
menjadi seorang ibu.
Siapa yang tidak ingin keturunannya jadi lebih
baik? Tentu, semua ingin generasi penerusnya lebih baik dari diri kita.
Berikut ini agenda kecilku:
1. Ilmu
Pasti pernah tahu perumpamaan:
‘belajar pada anak seperti memahat
diatas batu dan belajar bagi orang dewasa bagai mengukir diatas air. Pengetahuan
tentang bagaimana mendidik anak harus aku pahami.
Anak belajar sejak di dalam
kandungan. Banyak penelitian tentang hal ini bahkan ada pelatihan dasar sejak
dini seperti memperdengarkan musik klasik orchestra. Harus memahami bahwa Ibu
sejak awal telah membangun komunikasi dengan janin di kandungannya.
Dan sebagai muslim tentu bukan musik yang aku perdengarkan tapi pedoman seorang muslim yakni Al Qur-an.
Dan sebagai muslim tentu bukan musik yang aku perdengarkan tapi pedoman seorang muslim yakni Al Qur-an.
Seorang ibu juga harus tau apa yang dibutuhkan untuk tubuhnya dan tumbuh kembang janninnya. Melalui nutrisi yang ia santap sehari-hari. Dan apa yang perlu dimakan oleh anaknya.
Anak itu kritis, kadang
pertanyaannya bikin gelagapan. Cara menjawabnya tidak boleh asal. Harus punya
materi yang cukup guna menjawab pertanyaan si kecil hingga terpahat pada otak
ajaibnya. Jangan sampai pengetahuan yang mendasar tersebut salah dan
mempengaruhi pemahamannya. Hal yang dianggap sepele, pertanyaan anak kecil!
Justru dari pertanyaan itulah dia belajar meski kadang kemalasan membuat kita
menganggap kecerewetan si anak yang sekedar ingin tahu saja bukan
benar-benar pingin tahu >_< Huh, pengalamanku menghadapi keingintahuan
anak-anak perlu dievaluasi lagi. Lebih bersabar dan tidak enggan mengulang
jawaban yang sama bila si anak menanyakan hal serupa.
Belajar! Belajar! Nggak tabu
belajar dari anak! Belajar tentang kegigihan mereka untuk mengetahui sesuatu!
2. Kesadaran
Diri
Seorang ibu, orang tua anak itu
adalah pendidik awal bagi seorang anak. Sebelum orang lain, Ibulah yang sedari
mula dikenal oleh anak karena ibu yang mengandung dan melahirkannya ke dunia
ini.
Apa yang dimakan ibu juga dimakan oleh janin yang dikandungnya.
Apa yang ada pada ibu
mempengaruhi diri si anak.
Bila sang ibu punya riwayat penyakit turunan tentu
perlu waspada bisa menurun ke anaknya. Mangkanya perlu melakukan
pencegahan-pencegahan agar meminimalisir kemungkinan tersebut.
Dan seoarang pemimpin, dalam hal ini 'ayah' harus memulainya terlebih dulu. Bagaimanapun peletak dasar karakter anak ada pada bapaknya. Mangakanya sang bapak aharus lebih aware tentang masalah ini.
Dan seoarang pemimpin, dalam hal ini 'ayah' harus memulainya terlebih dulu. Bagaimanapun peletak dasar karakter anak ada pada bapaknya. Mangakanya sang bapak aharus lebih aware tentang masalah ini.
3. Kebiasaan
Baik
Menyadari watak anak itu muncul
dari didikan ortunya. Apa yang diperlihatkan ortunya. Maka, menjadi kewajiban
diri mulai membiasakan hal yang baik mulai dari hal kecil semisal: disiplin
bangun pagi, mempersiapkan diri mulai dari sarapan, mandi, bersih-bersih rumah,
dan sebagainya.
Salah satu kebutuhan pokok yaitu
makan. Sebagai ibu yang baik tentu tahu makanan ‘empat sehat lima sempurna’
yang perlu dikonsumsi sehari-hari. Membiasakan diri memakan makanan yang
diperlukan oleh tubuh bukan sekedar memanjakan lidah adalah kewajiban yang
harus segera dimulai dan tidak boleh ditunda-tunda. Memenuhi gizi tiap hari demi kesehatan itu
mahal apalagi memenuhi nutrisi bagi yang sakit, lebih muahal dan sulit. Jangan
sampai kita mengalami kesulitan karena pola makan yang buruk.
Di samping 3 hal yang aku ringkas, perhatian lain
yang tidak kalah penting yaitu:
- Pendamping hidup yang memiliki visi dan misi yang sama. Agar bisa seiring sejalan, saling menjaga, saling mengingatkan. Memang, adakalanya berselisih tapi bukan berarti harus berpaling dari tujuan semula yang semenjak awal telah disepakati bersama.
Kesepakatan awal itu penting sehingga menjalin
kekompakan dalam membimbing anak. Memudahkan si anak juga dalam memahami apa
yang diajarkan oleh kedua orangtuanya. Bahwa apa yang diajarkan kepada anak
bukan seperti murid yang belajar di bangku sekolah. Seorang anak belajar dari
orangtuanya dengan mencontoh apa yang diperlihatkan ortunya.
- Berusaha menjadi teladan. Karena bukan rahasia lagi kalau anak itu peniru ulung. Kelakuan anak cermin dari kelakuan ortu atau pengasuhnya.
Woiiy… gampang-gampang susah, ya mengurus anak?!
Sungguh, justru bukan masalah finansial yang utama. Minimnya fasilitas akan
menjadi pemicu seorang anak untuk lebih gigih berusaha. Meskipun demikian,
kurang bijak bila mengurangi hak yang seharusnya diberikan pada mereka.
- · Menciptakan lingkungan yang kondusif
Termasuk kakek dan neneknya yang
biasanya memanjakan cucunya kadang tidak mendukung perkembangan kecerdasan
emosinya.
Pengalaman masa kecil, bagaimana ortu mengasuhku. Dimanjakan itu bikin emosi anak menjadi labil. Tidak ada salahnya
memberi pengertian pada keluarga besar tentang pendidikan moral bagi
putra-putri kita.
Membatasi pergaulan anak
bukanlah keputusan bijak. Sebaiknya memagari pengertian si anak tentang apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukannya ketika bersama orang lain.
Melakukan pengawasan layaknya
layang-layang yang diulur atau ditarik benangnya. Jika anak mendapatkan teman
sepermainan yang baik, bolehlah kita memberi kelonggaran. Yah, orang tua wajib
melakukan pengawasan meski si anak jauh dari pandangan. Jangan sampai, orangtua
lalai hingga si anak tidak terkontrol dalam menghadapi masalah seperti rebutan
mainan hingga berujung berkelahi dengan teman bermainnya.
Hal penting lain yang kudu mendapat perhatian
adalah
*** karakter dan bakat anak.
Dalam hal ini, bakat ortu kadang menurun pada
anaknya. Senangnya melakukan hobby bersama!
Namun, beda dengan anak yang memiliki kesukaan
yang berbeda dari ortunya. Alangkah bijak jika sebagian orangtuanya mendukungnya
selama tidak membahayakan jiwanya.
Sebagai ortu hanya berusaha memupuk dan
menyuburkan potensi yang berguna bagi masa depannya kelak.
Semoga dengan segala pengertian mendasar tentang
orang tua pada anaknya tersebut memudahkan diri dalam menjalani peran sebagai
ibu bagi pemimpin masa depan. Mengingat betapa pentingnya, tidak layak
memindahkan kewajiban tersebut ke pundak yang lain. Diriku sendiri harus siap
untuk itu!
Biarlah daku mengambil jargon dari seorang @@Gym,
yakni 3 M :
Mulai dari diri sendiri! Membiasakan diri dengan
hal yang baik
Mulai dari hal kecil! Meski dari pola makan
sehari-hari
Dan mulai dari saat ini juga! Memulai hal yang
baik tanpa menunda-nunda lagi. Masa lalu takkan kembali sedang masa depan itu belum pasti. Maka hari ini! saat ini! adalah kesempatan untuk berbuat sesuatu agar ke depan tidak ada penyesalan dan menjadikan kenangan yang berarti.
*** Doa yang selau dipanjatkan agar kita selalu mendapat petunjuk untuk membimbing diri dan anak-anak kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...