#Sabda_Pandhita_Ratu Sikap berhati-hati di dalam setiap perkataan[Hadist Arba’in ke-15: H.R. Bukhari-Muslim] '... dan jangan sampai menjatuhkan mukanya[ke neraka] oleh sebab pembicaraan mereka{H.R Tirmidzi: Hadist Arba’in ke-29 tentang Amalan yang menyebabkan masuk ke dalam Syurga. Bicara dengan lidah yang tak bertulang ini, sungguh gampang-gampang sulit. Mudah keseleo hingga terpeleset berkata-kata nista dan sulit menjaga dari ucapan yang menyakiti. Seringkali ingkar janji seolah alpha kata-katanya didengar. Bukan hanya oleh telinganya sendiri tapi juga orang lain. Dan aku tidak ingin menafikkan diriku sendiri yang kuakui masih belajar mengajari lidah. Mengingat nasehat almarhum Ayah… ‘sapa sing nggugu celathu yen ora awakmu dhewe? Siapa yang menaati perkataanmu kalau bukan dirimu sendiri? Pertanyaan yang sekaligus jadi pernyataan tersebut masih kupelajari dengan berlatih ‘ngugemi omongane dhewe!’ Menaati perkataan sendiri! Enggak mudah! Mengingat aku bukan tokoh protagonis di cerita fiksi. Hanya, pengertian dari Ibuku bahwa ALLAH akan mengganti kedatangannya dengan yang selama ini ditunggu-tunggu… SUBHANALLAH beliau meng-Aamin-kan. seleret senyum beliau menentramkan hatiku Meski keletihan ‘subya’ memuliakan tamu dan yang bilang mau datang enggak jadi datang… Beneran, payah lelah menyiapkan sesuatu untuk menyambut tamu jadi sirna begitu tamunya datang… Sungguh! Jadi apa yang terjadi bila tamunya nggak jadi datang??? Sedihnya lagi jika pelakunya sesama saudara muslim.. maka dobel kecewanya. Apapun dalihnya, bukan alasan! ‘Mung anglelipur ati kanggo usada..’ Hanya diri sendiri yang bisa mengobati[jadi inget selarik tembang Jawa] ‘# usadane ya mung awak’e dhewe.. # Mulutmu harimaumu Enggak berlebihan bila menempatkan kata-kata kita sebagai ‘sabda panditha ratu’ janji yang harus ditepati, agar lebih berhati-hati lagi dalam berujar bukan malah mencelakakan… bagaimanapun, siapa yang menanam pasti akan menuai Semoga ALLAH Melindungi dan Membimbing kita dalam berkata-kata. Dan Inilah menu special yang dipersiapkan jauh hari sebelumnya… dingengeh-ngengehi dari daging qurban.. Alkhamdulillah. Soto buatan Bundaku ini juga menjadi sajian di hari raya ‘Idul Fitri disamping menu utama lain yaitu sambel tumpang, dendeng ragi, dan gudheg. Kadang gudhegnya nggak sempet masak.
Sebentar! Lagi belajar ngracik bumbu soto inih… Ssstt, masih belum bisa karena ngraciknya lama, jadi biar orang-orang yang beli nunggu Kanjeng Mami aja 0_o. Saat ini, dihargain Rp. 2000,- untuk porsi kecil[kira2 panci ukuran berjari-jari 10cm] tanpa brambang bawang, Lho ya... cuman bumbu pawon saja dan diuleg sendiri. Beda dengan bumbu racik yang tinggal dicemplungin, sebab bumbu yang diuleg dengan tangan sendiri memiliki sensasi yang beda *_^ Yang perlu dipersiapkan adalah; • Daging sapi atau ayam yang direbus untuk dijadikan kaldu. Kemudian dagingnya digoreng. Atau nggak perlu digoreng asal daging matang ketika merebusnya. Dan seleraku sedang aneh karena sedang jenuh dengan empal jadi memilih tulang muda yang saking tanak merebusnya mretheli dari rangkanya. Enak, lho! Sendi-sendinya dan daging yang mretheli ituh… Gurihh! dan tulang mudanya kruk-kriuk der ^_^ • Brambang iris untuk bumbu dan taburan Bumbu: 1. Kunir, untuk daging sapi kalau ayam enggak perlu 2. Kencur 3. Jahe 4. Kayu manis berupa kulit kayunya saja 5. Kayu legi bentuknya mirip siwak. semacam ranting, warna kayunya kuning 6. Kapulaga 7. Cabe jamu 8. Jinten putih 9. Merica hitam atau disebut juga tumbar mungsi 10.bijih cengkeh 11. pala 12. ketumbar 13. merica **semua dialusin bersama bawang. Lalu ditambah: 14. daun salam 15. laos 16. batang serai 17. jeruk purut atau daunnya Bahan sayur: *seledri iris halus *lonclang iris halus *tauge pendek kalau aku cukup disiram air panas, direbus bila ekornya sudah panjang dan lagi males menyianginya *kol bila suka Pelengkap: *kecap *sambel *Acar timun atau jeruk nipis pilih salah satu saja jangan maruk biar nggak sulaya perutnya *karak *tempe goreng Cara memasak: Tumis bumbu hingga harum bersama brambang iris. Tuang kaldu tunggu hingga mendidih. Jika ingin kuahnya bening bisa disaring. Tapi, penyuka soto yang Kanjeng Mami buat lebih suka kuahnya belepotan bumbu tumbukan. Kata mereka lebih 'Mak Nyuss!' Tambahkan gula dan garam. Sebelum diangkat, masukkan lonclang. Penyelesaian: Cara menyajikannya memang pas kalau dihidangkan panas-panas. Ambil dan letakkan pada mangkuk berturut-turut; nasi, tauge, daging, sledri, brambang goreng. Tuang dengan kuah soto. Lalu kasihkan ke pembeli[eh] maksudnya silahkan ditambahin kecap, sambel, acar… karak! Aku suka nggadho kuah soto sama tauge. Atau sayur apapun semisal bayam, cenil, sawi, brokoli, mie[eh] mie sayur bukan? 0_o disiram kuah soto panas.. Ehmmmm… Jadi, nasinya dimakan garingan sama sambel korek dan daging[eh] tempe aja, ding ... ^_^ |
Mengekspresikan diri dengan tulisan! Untuk Berbagi! Bukan paksaan menyukai apa yang dikasih tapi Memberi maupun menerima nasehat dalam kebaikan dan kesabaran adalah pilihan! ~Sumangga Kersa...
Senin, 04 November 2013
Resep Soto di Foto Kronologi Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...