Sejarah yang Diskenariokan?
Lagi seneng bahas skenario jadi nikmati saja alur pemikiran Aq
^_^
Ini bukan tentang persidangan kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang penuh dengan skenario persaksian.
Bukan!
Jadi tidak perlu ikut pusing ngikutin episode peradilan yang makin membingungkan alur ceritanya. Bahkan sinetron itu malah lebih logis dan rasional dibanding cerita peradilan Kadiv Propam Sambo.
Atau kasus Sambo ini terinspirasi dari kisah sinetron yang biasanya 'ngadi-ngadi' ( bahasa gaulnya mengada-ngada gitu) ?
Dari tersangka dan sekarang ganti Baradha E yang semula saksi malah jadi tersangka.
Kadiv Propam Sambo telah minta maaf dan bersedia bertanggung jawab apabila ia telah bersalah. Entah itu pencitraan atau sekadar pelepas ketegangan hingga bisa ditarik-ulur sanksi yang bakal dijatuhkan padanya. Sebagai pemakluman tindakan manusiawi bila dihadapkan pada situasi yang sama.
Udah lah!
Biar dipikirkan sama yang lebih ahli aja!
Karena Aq ingin membahas isi chatting-an di grup Sahabat di my fave radio. Meski Aq dah lama nggak nyimak maupun ngikutin live streaming-nya.
*
Berat pembahasannya, nih!?
Bicara sejarah Aq antusias. Tidak selalu, sih!
Tapi cukup mengharu biru mengenal tentang sejarah itu.
Kedekatan emosional tidak bisa dibandingkan meski telah terpisah oleh keadaan di suatu masa.
Apalagi tentang jejak Rasulullah di masa lalu jangan tanyakan lagi!?
Pengetahuan ini menyangkut keputusan Diri di masa depan. Sepenting itu, kok masih bertanya-tanya Kau???
Tentu saja penting!!!
Tinggal bagaimana memahaminya.
Sebut saja peristiwa Kematian Satu Keluarga sejumlah empat orang di Kalideres yang akhirnya ditutup kasusnya oleh kepolisian.
Tidak ada kasus pembunuhan tapi yang sebenarnya terjadi adalah masalah komunikasi dan hubungan sosial yang terputus.
Kondisi kejiwaan yang disebut 'pathological grieving' (gugling kalo lebih tau) dalam keluarga ini ditandai dengan meninggalnya salah satu anggota keluarga tertua karena gangguan cerna. Mereka tidak mempunyai dana untuk penguburan dan tidak tau cara memberitahu keluarga atau tetangga terdekat. Mereka lebih memilih untuk membiarkan mayatnya tersimpan di dalam rumah.
Kemudian kematian kedua yakni sang ibu tersayang (istri yang meninggal) yang punya hak waris rumah yang mereka tinggali karena kanker payudara. Saking dekatnya jasad si ibu tetap dirawat dan diurus baik diatas ranjangnya oleh anak perempuannya bernama Dian.
Kematian ketiga adalah adik ipar atau paman dari Dian karena penyakit jantung. Terakhir Dian sendiri yang memiliki penyakit pernapasan. Diduga Dian sengaja mengunci diri bersama jasad ibunya hingga kematiannya.
Beda lagi dengan mengenang yang telah tiada.
Dengan menanam jasad yang telah dikremasi sedalam 20-80cm di bawah pohon tinggi di hutan.
Pohon ini bisa disewa dengan biaya yang lumayan π€ ( tapi sesuai kantong Aq harganya 'prestise')
Ada pohon keluarga yang bisa diisi jasad kerabat yang saling mengenal dan ada ada juga pohon komunitas yang berisi jasad yang tidak saling mengenal.
Dunia makin aneh saja, kan?!
Kaitannya sejarah dengan cerita fakta yang bukan fiksi tersebut tentu masa lalu.
Coba renungkan postingan di akun @aneka_foto -> ini
Kenangan fenomenal atau monumental atau apalah itu.
Betapa masa lalu mempengaruhi masa depan seseorang.
Bersyukurlah jika sekarang telah berdamai dengan masa lalu.
Bukankah tugas hari ini adalah memperbaiki kesalahan di masa lalu agar tidak ada penyesalan lagi di masa depan?!
Dan kesadaran akan diri di dunia sangat berdampak pada apa yang dilakukan.
Kadang kesadaran ini terbentur pada situasi hingga di luar kendali.
Bahkan tak terduga
Lika-likunya dinamakan ujian.
>_<
Itulah sekelumit kasih sayang Allah disadari atau tidak.
Alangkah sombongnya makhluk yang bernama manusia jika tidak mendoa
Sedangkan kebaikan sekecil apapun merupakan karunia Allah semata.
Sama ketika ujian itu berupa catatan kecil tentang sejarah.
Padahal dari kaum Netherlands ini para inlander belajar menulis sejarah.
Terbentur lagi pada kenyataan juga
Harusnya Indonesia bersyukur dokumen milik bangsa dijaga dan dirawat baik meski di negeri orang.
Terjedug-jedug dengan postingan akun @GNFI di Instagram tentang perbedaan arsip di museum nasional dengan yang ada di negeri Belanda sana.
Yang menyimpan koleksi literatur Indonesia terbanyak di dunia.
Terjedug lagi dengan pengelolaan buku-buku di rumahku yang seadanya dan semampuku.
Lalu kesalahan siapa kalau ada transkrip penting yang hilang???
Seperti anekdot yang digambarkan pada postingan akun Instagram kak @afifahafra
Jangan sampai menggunakan kambing hitam atau dengan kata lain berprasangka pada yang lain padahal diri sendiri belum tentu tak bersalah.
Kesadaran tentang hal inipun belum tentu dimiliki setiap orang. Justru ada kemungkinan lebih sadar akan perut yang lapar atau keegoisan pemenuhan kebutuhan diri sendiri.
Huh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...