Terapi yang Terbukti Efektif
Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh 'Seandainya Saya Tidak Ngeblog'.
Dulu, sebelum sosial media menjadi konsumsi awam,
diary merupakan tong sampah yang paling banyak dibutuhkan. Kenapa tong sampah?
Sampah apa memangnya?
^_^
Ah, sering, deh.. aku mbahas soal sampah yang
satu ini! Sampah yang akan selalu tertimbun membusuk bila tak dibuang di
saluran yang benar.
Bagi seorang penulis bisa saja menganggapnya janin yang dikandung dalam waktu tertentu
untuk dilahirkan. Owh, ya?
Kalau yang
satu ini justru ngerawatnya waktu dikandung, setelah dilahirkan baru dijaga
>=< kebalikan dengan makna yang
sebenarnya memang mengandung janin untuk dijaga dan setelah dilahirkan lalu
dirawat @_@
Segitunya, penulis menghargai tulisannya dan aku
yang hanya mengaku suka menulis tidak pantas gitu, lebih enak menyebutnya
sampah!
Bukan sampah biasa!
Tergantung yang menemukannya lalu memasukkannya
ke tempat sampah?
atau
mendiamkannya alias nggak peduli bahwa sampah itu ada?
Atau
memungut dan mendaurulang menjadi sesuatu yang berguna?
Terserah Anda!
Seperti halnya diriku yang tidak mau dipaksa
dalam melakukan sesuatu melainkan kesadaran bahwa aku harus maksain jika memang
hal itu berguna maka aku pun bukan orang yang suka memaksa orang menyukai
tulisanku..
Kalau aku berusaha untuk menarik perhatian, ya memang sengaja [eh]
kadang juga tidak disengaja ding 0_o
Kegiatan menulis sebagai hoby mengisi waktu luang dengan tulisan yang berguna. Lantas, tulisan yang bagaimana?
Catatan harian yang mudah dan bisa langsung dibuat layaknya menulis agenda maupun jadwal. Sekedar coretan berisi lirik lagu favorit hingga memo berupa quote-quote yang menbangkitkan semangat kala resah. Kemudian merangkumnya dalam kisah utuh hingga aku memperoleh pemahaman baru... Salah satu cara belajar yang asyik!
Jujur, sulit banget mengeja rasa dan asa dalam
bentuk tulisan!
Beberapa kali, aku harus berhenti untuk membaca
lagi [Hei!] apa ini yang sedang aku rasakan?
T A K J U B ! membaca kembali jadi sering takjub. Namun tidak
jarang pula menertawakan diri sendiri yang terlalu lebay dalam memandang suatu
masalah. Dan ‘lebay’ akhirnya aku ketahui sebagai poin penting yang harus
dimiliki seorang penulis. Semakin lebay, bisa dipastikan semakin baik
interpetasinya dalam menyelami sesuatu. Apapun itu!
Dan itu pemahamanku yang dangkal tentang
interpretasi ^_^
Mungkin Dengan Menulis Diary
Lebay yang mampu merunut jeli sehingga
benang-benang kusut menjadi terurai sedikit demi sedikit; Selanjutnya, peer
besar untukku mengeksekusinya jadi pahala atau dosa. Tak lupa dalam hal ini
memohon petunjuk dari Yang Maha Memberi Petunjuk… senantiasa dimohonkan semoga
tiada pernah lalai untuk Mengingat-NYA.
Sampai pada satu kurun waktu mulai mengenal blog?
diary maya? curhatan yang dipublikasikan?
Sebentar!
Mempublikasikan curhatan menumbuhkan sentimen pada
diri sendiri untuk tidak sekedar
menampakkan kegalauan semata. Dalam tulisan yang sama kuusahakan selalu
merintis langkah penyelesaiannya. Dan itu sesuatu!
Dengan menampakkan pemikiran kita pada tulisan
menuntut diri lebih cermat ngulik rasa. Yang
aku sukai saat menyampaikan sesuatu, mendapatkan hal dan menyelipkan semacam ‘keyword’.
Kadang aku sendiri harus mengernyitkan kening untuk mengingat-ngingat kembali
apa di balik tulisanku tersebut. Biar aku bisa belajar dari masa lalu dan
semoga hari ini lebih baik dari masa dulu.
Seumpama blog sudah nggak ada lagi, bukan berarti
berhenti menulis, kan?
Seandainya tidak ngeblog
kembali menulis diary menjadi pilihan bagiku
untuk menumpahkan luahan rasa.
Bukan hanya di blog aku mencoba mencari rintisan solusi,
malah dengan diary yang bersifat pribadi dapat merinci persoalan lebih mendalam. Meski dengan
label ‘Pribadi! Bukan konsumsi publik!’.
Seharusnyalah warisan berupa tulisan mampu
menambah bekal amalan saat kita tiada nanti!Tak perlu jauh-jauh, mulai dari tulisanku sendiri,
dong!!!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah perhatian untuk blog ini
Semoga Bermanfaat...
Terima kasih atas kunjungannnya...